Tuesday 2 February 2010

Zun Nun Al-Misri - Kisah seorang Sufi

Beberapa waktu yang lalu, di Mesir hidup seorang sufi yang masyhur bernama Zun-Nun. Seorang pemuda mendatanginya dan bertanya "Tuan, saya belum faham mengapa orang seperti anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di zaman yang ini berpakaian baik amat perlu, bukan hanya untuk penampilan namun juga untuk tujuan banyak hal lain?"

Sufi tersebut hanya tersenyum, lalu dia melepaskan cincin dari salah satu jarinya dan berkata : "Sahabat muda, akan ku jawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Cubalah, bolehkah kamu menjualnya seharga satu keping emas". Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu dan berkata "Satu keping emas ? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu". "Cubalah dulu sahabat muda. Siapa tahu kamu berhasil",  jawab Zun-Nun.

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tidak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu sahaja pemuda itu tidak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali kepada Zun-Nun dan memberitahunya : "Tuan, tiada seorang pun yang berani menawar lebih dari satu keping perak".

Sambil tetap tersenyum arif Zun-Nun berkata : "Sekarang pergilah kamu ke tokoh emas di belakang jalan ini. Cuba perlihatkan kepada pemilik tokoh atau tukang emas di sana. Jangan buka harga. Dengarkan saja, bagaimana ia memberikan penilaian". Pemuda itu pun pergi ke tokoh emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian memberitahu : "Tuan, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar".

Zun-Nun tersenyum simpul sambil berkata "Itulah jawapan di atas pertanyaanmu tadi sahabat muda. Seseorang tidak boleh dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas". Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya dapat dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk me'lihat'nya. Dan itu perlu proses dan masa, wahai sahabat mudaku. Kita tidak dapat menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas, begitu juga manusia".

8 comments:

salamssss .. .. amat menarik sekali terutamanya perenggan akhir .. .. terima kasih atas perkongsian .. .. ;-) .. ..

Seseorang tidak boleh dinilai dari pakaiannya..Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya dapat dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa.. TERSURAT DAN TERSIRAT...

Kita adalah makhlukNya wajar berkongsi seadanya jua...

hanya pedagang emas yang tahu nilai emas sesungguhnya

Amat tepat sekali Paduka Wikan.

inilah tu .. .. menarik -- alhamdulillah .. .. ;-) .. ..

Semoga menjadi tauladan kepada kita semua.

maha suci Allah yg tlh menutupi rahsia keistimewaan org pilihan dgn tampaknya sifat2 kemanusiaan dan yg tlh menampakkan kebesaran sifat2 ketuhanan dgn mewujudkan penghambaan - ibn athaillah

Post a Comment