Thursday 5 November 2009

Zikirullah

Allah berfirman : Tidak kuciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk Ibadah, untuk memudahkan manusia mewujudkan keinginan Allah itu, Allah menurunkan Risalah AL ISLAM yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw. Yang terdiri tiga dimensi yaitu RUKUN ISLAM (SYARIAT), RUKUN IMAN DAN IHSAN yang oleh kalangan sufi digunakan istilah SYARIAT, HAQIQAD dan MA’RIFAT. Ketiga dimensi ini merupakan satu pakej yang harus ada dalam setiap amaliah umat manusia yang beriman. Ruh dari semua dimensi tersebut adalah ZIKRULLAH dan Zikir adalah amal para hamba Allah yang paling utama, dan ditekankan lebih dari 288 kali di dalam Al-Qur’an. Zikir merupakan amalan paling utama untuk mendapatkan keridhaan Allah, senjata paling ampuh untuk mengalahkan musuh dan perbuatan paling layak untuk memperoleh pahala.

Zikir adalah bendera Islam, pembersih hati, inti ilmu agama, pelindung dari sifat munafik, ibadah paling mulia, dan kunci semua keberhasilan. Tidak ada sama sekali pembatasan dalam tatacara, jumlah, atau waktu berzikir. Seperti halnya pembatasan terhadap methode yang berkaitan dengan beberapa amal wajib tertentu seperti solat misalnya. Bahkan, Nabi Muhammad saw. Bersabda ”bahwa penghuni surga hanya menyesal satu hal, yakni tidak cukup banyak mengingat Allah selama di dunia.” Juga Sabda Rasulullah saw : ”Para hamba yang lebih utama darjatnya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah” (HR. Ahmad dan Turmudzi).

Allah meyebut kata zikir dalam Al-Qur’an 288 kali lebih, dengan tekanan pada makna Mengingat Allah hampir 90%, selebihnya bermakna peringatan, mengingatkan peristiwa dll. Bahkan seluruh ubudiyah seseorang hamba baik syariat maupun hakikat, menjunjung pada puncak Dzikrullah, dalam kefanaan hamba, lalu kembali ke alam nyata lagi dengan syariat zikir berupa ibadah sehari-hari kita, mulai dari wirid, solat, puasa, zakat, haji dan ibadah sosial lainnya. Dan zikir menjadi ruh seluruh proses ibadah hamba. Firman Allah swt ”Tegakanlah solat untuk mengingatKu” (QS. Thaha : 14 ) juga ”Amal yang paling mulia adalah Dzikrullah”. Qadhi Abu Bakar al-’Arabi menjelaskan bahwa tidak ada amal soleh yang sah tanpa zikir. Barang siapa tidak mengingat Allah di dalam hatinya ketika dia bersedekah (Shadaqah), haji, zakat, puasa dan amaliah lainnya maka tidak sempurnah amaliah tersebut.

Ibnu Athaillah menegaskan dalam al-Hikam. Bahawa ibadah-ibadah yang berhubungan dengan hak waktu pada hamba, seperti solat, puasa (dengan batasan waktu) boleh diqodho bila kita ada halangan, tetapi hak kita terhadap waktu, jika berhalangan tidak boleh diqodho, yaitu zikrullah, satu ibadah yang mestinya lazim, universal dan terus menerus (da’iman abadan) sepanjang hidup kita. Hari-hari indah bersama Allah adalah hari-hari zikrullah yang secara halusnya menyatu pada Asmanya Yang Agung. Allah. ”Waladzikrullahi Akbar” (Niscaya sesunguhnya zikir Allah itulah yang lebih besar (dibanding yang lainnya). Kerana waktu yang terbatas ditempuh oleh para hambaNya di dunia, haruslah menjadi waktu teristimewa, seluruh hidupnya adalah keistimewaan dan kedahsyatan bersama Allah.

Oleh demikian semesta ruang dan waktu ini haruslah semesta bercahaya. CahayaNya adalah kesaksian jiwa para hambaNya dalam melihat Asma’, sifat dan Dzat dengan mata hatinya di sebalik semesta, lalu pancaran cahaya itu memantul dalam pandangannya ke alam semesta ini. Disinilah kita mengerti betapa kehadiran ummat ini adalah kehadiran membawa misi Risalah, yakni Risalah Rahmat Lil’alamin.

Manusia zikrullah dan Ahlullah.

Sudah saatnya kita menjadi manusia yang senantiasa zikir, bahkan di hadapan kita mempunyai himpunan zikrullah yang menunggu detak jantung jiwa kita, hasrat rindu ruh kita, hamparan rahasia ma’rifat Sirr kita. Setiap detak jantung kita adalah nikmat Allah, setiap nafas yang keluar masuk adalah takdir anugerah Allah, setiap kelipan mata dan sejuta rasa di lidah kita, bahkan nikmat-nikmat itu tidak akan pernah dihitung oleh manusia manapun. Tetapi mengapa semua ini perlu berlalu tanpa ingatan kita kepada Allah swt ? Sedangkan Allah berfirman bahwa hambanya yang berakal adalah ”orang yang zikir Allah sambil berdiri, duduk, dan berbaring” (QS. Al-Imran : 191).

Dan Allah juga berfirman ”Apabila kamu telah selesai sembahyang maka dzikir Allahlah kamu baik ketika berdiri, ketika duduk maupun berbaring”. (An-Nisa’ 103). Apakah kita yang mengaku hamba Allah dan selalu mengikrarkan diri kita ”hidup dan matiku untuk Allah” dalam setiap shalat sudah mematuhi perintahNya untuk selalu mengingat dan menyebut namaNya dalam setiap waktu, keadaan dan tempat dengan lisan maupun hati. Atau semua ikrar kita ”hidup dan matiku untuk Allah” hanya seperti ucapan para munafik lainnya. Renungkanlah! Kita semua akan dipertanggunganjawapkan olehNya kelak dihari kemudian dan hanya hamba-hamba yang taat dan telah mensucikan hatinya sahajalah yang berhak mendapatkan anugerah dariNya.

A’isya RA berkata, seperti yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa Nabi saw. selalu mengingat Allah siang dan malam. Nabi bersabda, ”Jika hatimu senantiasa mengingat Allah, maka para malaikat akan menemuimu sedemikian rupa sehingga mereka akan mengucapkan salam kepadamu di tengah jalan”. Cuba kita bayangkan : Dalam seminit, jantung kita berdetak 80 hingga 88 kali. Dalam satu jam jantung anda berdetang 4.800 x hingga 5.280x, dalam sehari jantung anda berdetak 115.200 x hingga 126.700 x maka dalam setahun jantung anda berdetak 42.048.000 x hingga 46.252.800 x dan jika dikalikan seumur hidup anda, 80 tahun menurut ukuran alfu syahrin dalam surat al-qadr, maka terhitung detak jantung anda mencapai 3.363.840.000 x hingga 3.700.224.000 x. Bayangkan!

Hitungan detak jantung yang berjutaan itu, mestinya yang dijadikan hitungan minimal bagi hitungan zikrullah kita seumur hidup manusia. Sementara tarikan nafas kita, dalam satu minit mencapai rata-rata 16 kali. Bila dikira ini bererti 1 jam mencapai 960 x, dan satu hari mencapai 23.040 x setahun, 365 hari, 8.409.600 x dan mencapai seumur hidup manusia jika 80 tahun, bererti tarikan nafas kita (keluar masuk dihitung satu nafas) akan mencapai 672.768.000 x. Apakah keluar masuk pernafasan kita bersama Allah? Bagaimana rasanya jika nafas anda berhenti selama 5 minit saja? Dan bagaimana kita jika malaikat maut datang mencabut nyawa kita, sedangkan hati kita tidak dalam zikrullah, melainkan dalam keadaan keduniaan yang selalu hadir dalam hati dan serta angan-angan yang telah dipengaruhi nafsu.


Siapakah yang dikurniai Allah selalu berzikir dengan lisan, ruh, qalbu dan sirry-nya (Khafy al-Akhfa’) setiap detak jantungnya? Mereka adalah golongan para Aulia, orang yang dicintai Allah. Sabda Rasulullah ”Tanda cinta Allah adalah menyukai zikirullah (zikir kepada Allah). Dan tanda kebencian Allah adalah membeci zikrullah azza wajalla.”(HR.Baihaqi). Para Aulia Allah ini juga adalah orang-orang yang selalu diingat oleh Allah
Ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingatmu” (QS. Al-Baqarah : 152)
Para Ahli zikir adalah para kekasih Allah, dan kerana merekalah Allah belum menurunkan Kiamat sebagai mana sabda Rasulullah saw ” Tidak akan datang hari kiamat kecuali tidak ada lagi dipermukaan bumi ini yang menyebut Allah, Allah.(HR. Muslim).

Disebalik itu Allah menyebut orang yang membeku hatinya (menutup diri) dari zikir Allah sebagai orang yang dalam kesesatan yang nyata :”Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk zikir Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata” (az-Zumar :22). Renungkanlah diri kita sendiri, apakah kita sudah termasuk orang yang selalu berzikir kepada Allah, atau kita termasuk orang yang membatu hatinya dan dalam kesesatan yang nyata? Nauzubillah!
Berapakah minit atau jam serta tarikan nafas yang kita gunakan untuk berzikir, bandingkan dengan masa yang tidak anda gunakan untuk zikrullah atau bermain-main dalam kesesatan bersama nafsu. Namun janganlah sesekali kita berputus asa dari rahmat Allah.

Minta tolong dan berdoa kepadaNya sebagaimana yang dimohonkan oleh Rasulullah saw ”Allahuma aina ala zikrika wasyukrika wa husni ibadatik” (Ya Allah..kurniakan aku menjadi orang yang selalu berzikir kepadamu, bersyukur kepadamu dan beribadah dengan baik). Tanpa pertolongan Allah kita tidak akan menjadi orang yang selalu zikir Allah, tidak akan menjadi orang yang bersyukur dan dapat melaksanakan ibadah terbaik untuk Allah. Dan orang yang lalai dari zikir kepada Allah jangan dijadikan ikutan seperti firman Allah swt. “Dan janganlah engkau turut orang yang KAMI lalaikan hatinya dari mengingat KAMI dan diikutinya hawa nafsunya, dan pekerjaannya meliwati batas.” (Al-Kahfi 28).

Ya Allah, tunjuklah kepada Kami jalan-jalan mereka yang telah engkau berikan nikmat, dan bukannya jalan mereka-mereka yang sesat atau yang Engkau murkai (Al-Fateha) 

 

4 comments:

SYARIAT, TARIKAT, HAQIQAD dan MA’RIFAT...mencari jalan untuk kembali

SYARIAT, TARIKAT, HAQIQAD dan MA’RIFAT...mencari jalan untuk kembal

Amin,....Alhamdulillah Abang Panji,...TERIMAKASIH ATAS SEGALA KETERANGAN MENGENAI ZIKIR ALLAH INI.
INI ADALAH PERJALANAN(Tarikat) para Sufi,Wali,ANBIA,AULIA,dan NABI....semuga masyarakt kita Islam am-nya,dapat,..meneruskan mempertingkatkan ilmu dan amal mereka,dgn setapak lagi iaitu,bukan hanya terhenti di Syariat, sahaja,haruslah sebaiknya,berlapang dada,berpikiran/minda terbuka untuk menerima ilmu Allah swt.,malah terus menuju Perjalanan(Tarikat),..lalu dapat,menguat,menghadirkan,menyediakan Hakikat(perisian yg kekal/kental tak basah/layu dik HUJAN DAN TAK HANGUS/Lapuk dik Api.atau Bahang Mentari..,Untuk- Memperolehi PENGENALAN(MAKRIFAT) diri yg hakiki,cukup dgn sifat yg sempurna,akhlak yg mulia,(MAKRIFAT) seperti yang telah di miliki Rasullullah Nabi Muhammad saw,menuju jalan kembali kepada Tuhan yang Maha Esa...amin..ya robbal alamin..

Post a Comment