Tuesday 18 May 2010

Keris Lurus Sumatra Ulu Gading untuk dijual




Bilah lurus keris Sumatra berhulu gading berukiran Jawa Demam. Gandik dan ricikannya biasa, berpamor ngulit semangka. Hulu agak berusia dan berpendokok tembaga@suasa. Sampir mungkin dari kayu timoho pelet dan sampir kelihatan berbelang (mungkin kayu kemuning atau juga timoho ?). Bilah masih belum dicuci bersih. Harga yang ditawarkan oleh tuan punyanya agak tinggi dan mungkin berpatutan.



Age :

Base on the condition and patina, i believe this Keris Sumatra should be circa mid to late of 19th Century.

24 comments:

wah.... ini baru bener2 Jalak Sumelang Gandring...... (agaknya la)

Betul ke bro? Apa significance bilah seperti ini selain dari menikam orang?

hmmm... salah satu pusaka kraton Majapahit yg terkenal ialah KK Jalak Sumelang Gandring.... ada diulas ceritanya... insyaAllah kalau saya balik rumah nanti sy akan ulang baca..... kpd yg tahu silakan lah.....

KK singkatan untuk apa? Kuala Kubu ke Kuala Kangsar ke Kota Kinabalu?

Dalam dunia perkerisan, jalak sumelang gandring adalah nama dapur keris yang berbentuk lurus, dengan ricikan sebagai berikut: sogokan depan, thingil dan Sraweyan (http://www.bausastra.com/main/?do=view&id=228)

rasanya ini bukan bilah asli minang... pendapat sy besar kemungkinan tangguh majapahit atau mataram senopaten....

Jalak Sumelang Gandring
Prabu Brawijaya II mengutus Empu Supa Mandrangi untuk mencari keris Jalak Sumelang Gandring miliknya yang hilang. Empu Supa Mandrangi menyanggupinya, lalu pergi ke Blambangan dengan berganti nama Empu Pitrang. Karena kepandaiannya sebagai Empu pembuat keris, Sang Adipati Blambangan memesan keris kepada Empu Pitrang sambil membawa contohnya. Ternyata, keris tersebut adalah Jalak Sumelang Gandring milik sang Prabu Brawijaya. Maka Empu Pitrang membuat 2 bilah keris duplikatnya. Setelah selesai, keris pesanan Adipati Ciung Lautan diserahkannya, sedangkan aslinya disembunyikannya. Senang, hati sang Adipati menerima hasil karya Empu Pitrang, sebagai hadiahnya, Adipati Blambangan tersebut menikahkan putrinya dengan Empu Pitrang (http://www.kerisindonesia.com/)

Prabu Brawijaya II mengutus Empu Supa Mandrangi untuk mencari keris Jalak Sumelang Gandring miliknya yang hilang. Empu Supa Mandrangi menyanggupinya, lalu pergi ke Blambangan dengan berganti nama Empu Pitrang. Karena kepandaiannya sebagai Empu pembuat keris, Sang Adipati Blambangan memesan keris kepada Empu Pitrang sambil membawa contohnya. Ternyata, keris tersebut adalah Jalak Sumelang Gandring milik sang Prabu Brawijaya. Maka Empu Pitrang membuat 2 bilah keris duplikatnya. Setelah selesai, keris pesanan Adipati Ciung Lautan diserahkannya, sedangkan aslinya disembunyikannya. Senang, hati sang Adipati menerima hasil karya Empu Pitrang, sebagai hadiahnya, Adipati Blambangan tersebut menikahkan putrinya dengan Empu Pitrang.

Sebenarnya sudah seringkali sang putri Adipati dinikahkan, namun, kesemua suaminya mati secara misterius. Mengetahui adanya peristiwa aneh tersebut, maka dengan segala kesaktiannya Empu Pitrang menyelidiki penyebabnya, akhirnya Empu Pitrang tahu jika dikemaluan sang putri bersembunyi ular "welang". Maka tidak heran jika setiap menyenggamainya selalu mati digigit ular welang. Kemudian Empu Pitrang mengeluarkan ular welang tersebut dan menanamnya dibawah pohon "kara", sebangsa sayuran buncis. Akan tetapi malam harinya ular tersebut sudah tidak ada dan berubah menjadi sebilah keris pusaka berluk 3, yang oleh Empu Pitrang diberi nama keris "karawelang". Sewaktu sang putri hamil, Empu Pitrang pamit pergi ke Kerajaan Majapahit sambil menitipkan pesan, jika kelak anaknya lahir agar diberi nama Jaka Sura.

Sesampainya Di Kerajaan Majapahit, Empu Pitrang alias Empu Mandrangi menyerahkan keris pusaka jalak sumelang gandring kepada Prabu Brawijaya, yang telah ditemukannya kembali. Sangat gembira hati Sang Prabu, yang kemudian menganugerahi gelar " Pangeran Sedayu". Ditempat yang lain setelah selang beberapa waktu lamanya, Jaka Sura lahir. Dan diketika beranjak dewasa, Jaka Sura pergi mencari ayahnya Empu Pitrang ke Majapahit. Disepanjang perjalanannya, Jaka Sura membuat keris-keris yang aneh, hanya dipijit-pijit dengan tangan tanpa ditempa, serta ujungnya dilubangi untuk mengkaitkannya dengan tali. Kemudian setiap berjumpa dengan seseorang keris tersebut diberikannya. Akhirnya Jaka Sura berhasil bertemu dengan ayahnya Pangeran Sedayu alias Empu Supa Mandrangi alias Empu Pitrang. Lalu keduanya sama-sama mengabdi di Keraton Majapahit. Berikut ciri khas pusaka buatan Jaka Sura: 1. keris-keris pijitan dan pesinya berlubang. 2. Pedang ampuh, mampu mematahkan pintu. Oleh Prabu Brawijaya diberi nama " Pedang Sang Lawang "

nanti kejap...... eh, ada sogokan belakang la tuannnn.....
kalau begitu mungkin dapur Jalak Piturun atau Jalak Sangu Tumpeng......
Tangguhnya sy yakin samada Majapahit atau mataram Senopaten (im more leaning towards the latter)

selain sogokan belakang... ia juga punya tikel alis yang nerjang gandik.... selain greneng di belakang...

kalau ada greneng.... dapur jalak sangu tumpeng la tuan....

Greneng tu belah mana ek...gua dh rabun le!

Bro..kan tak minat jenis dapur sebegini...

wah..... bener sakti mandraguna ini perempuan.....

pengalaman saya suatu masa dahulu..... kemaluan langsung tak nampak.... macamana pulak tu.....??? namun berkat ayatul kursy yg diijazahkan......


Kita memang kurang minat.cuma nak tolong kawan kot2 ada rezeki dia terjuallah bilah ini..

Kiasannya tu Bro..mungkin kemutan Sang Putri tu yg menyebabkan ramai pria yg mati...tak tahan agaknya..

Mungkin juga dan ada juga kemungkinan Sang Putri mengamalkan ilmu 'kacip puaka', kalau bukan calang2 pria, masuk aje 'anu'nya putus...amacam..?

apa mungkin sang prianya pake pasak puaka, sang puteri amblas...

Mungkin @ maybe @ peut etre...kena semak balik sejarah lah Tuan Ramli..mungkin bro2 Jawa boleh membantu..!

Aduuus bro. Sorryla kerana bila ini udah lama dilepaskan sometime back in Jun 2010. Ribuan kemaafaan...

Post a Comment